Jumat, 17 Juni 2011

MUI Himbau Media Tak Ekspoitasi “Keanehan” Masyarakat

Jum'at, 17 Juni 2011

Hidayatullah.com—Televisi adalah salah satu media yang cukup berpengaruh melahirkan imitasi pada khalayak. Kehati-hatian dalam liputan diperlukan media agar tidak menjadikan masyarakat meniru hal-hal buruk. Karena itu, paradigma peliputan harus semakin cerdas dan berubah.

Pertanyaan ini datang dari Seketeris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, Muhammad Yunus dalam sebuah pernyataan mengomentari tayangan sebuah stasiun televisi swasta yang menampilkan Miskaulah (38), atau akrab disapa Mama Pretty, seorang warga Dusun Janganasem, Desa Trompoasri, Kecamatan Jabon, Sidoarjo, Jawa Timur yang memiliki kebiasaan aneh dibanding manusia pada umumnya. Miskaulah, gemar memakan ayam hidup setiap hari.

“Tak harus semua keanehan dimuat dan ditampilkan. Bagaimanapun, tayangan itu adalah sebuah ‘kekejian’ yang bisa merusak dan mengganggu perasaan banyak orang,” ujar Yunus kepada hidayatullah.com.

Menurutnya, paradigma media harus mulai berubah, seharunya teori lama “bad news is a good news’ dievaluasi.

“Jangan sampai hal-hal buruk justru diekspoitasi hanya untuk kepentingan rating. Sebab jika itu terus dilakukan, media justru hanya menjadikan pembodohan masyarakat, “ tambahnya.

Sebagaimana diketahui, Jum’at pagi, (17/06/2011) sebuah stasiun televisi swasta menayangkan Miskaulah (38), atau Mama Pretty, sedang menyantap ayam hidup-hidup di saksikan banyak orang.

Bagi Yunus, seharusnya, tayangan tersebut bisa menggunakan ilustrasi bukan dengan tayangan jarak dekat.

Guna mendorong kebaikan pers dan siaran media di masa depan, Yunus meminta pihak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Dewan Pers menegur stasiun televisi yang bersangkutan sebagai bentuk kehati-hatian dan evaluasi.*


Sumber :
Rep: Administrator
Red: Cholis Akbar

Kamis, 09 Juni 2011

Kesabaran ( Jendela Keluarga 09 Juni 2011)

1.a. Sabar

Keharusan sabar bagi Mukmin

Karena sabar adalah ciri dari seorang Mukmin.

“Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (Al-Baqarah 2:177)

“Hai orang-orang yang beriman bersabarlah kamu dan kuat-kanlah kesabaranmu.” (QS. Ali Imran 3:220)

Sabar di sini ialah ibadah dan pendekatan diri kepada Allah SWT.

“Dan untuk Robbmu hendaklah kamu bersabar.” (QS. Al-Muddatstsir:7)Cobaan bagi ahli iman adalah suatu kepastian

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan : “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rajiuun” (Al Baqarah 2:155-156)

“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutuan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (QS. Ali Imran 3:186)

“Dan di antara manusia ada yang mengabdi Allah pada garis batas, hingga jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akherat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Al Hajj 22:11)

Keutamaan Sabar

“Tidaklah seorang muslim menderita karena kesedihan, kedudukan, kesusahan, kepayahan, penyakit dan gangguan duri yang menusuk tubuhnya kecuali dengan itu Allah mengampuni dosa-dosanya.” (HR. Bukhori)

“… Siapa yang berlatih kesabaran, maka Allah akan menyabarkannya. Dan tiada orang yang mendapat karunia (pemberian) Allah yang lebih baik atau lebih dari kesabaran.” (HR. Bukhari, Muslim)

Bersabda Rasulullah saw.: Sangat mengagumkan keadaan seorang mukmin, sebab segala keadaannya untuk ia sangat baik dan tidak mungkin terjadi demikian kecuali bagi seorang mukmin: Jika mendapat nikmat ia bersyukur, maka syukur itu lebih baik baginya dan bila menderita kesusahan; sabar, maka kesabaran itu lebih baik baginya.” (HR. Muslim)

Mensyukuri suatu nikmat berarti memupuk nikmat dan menimbulkan pahala yang lebih besar dari kenikmatan dunia yang telah diterima. Demikian pula jika menderita bala’ kesusahan, lalu sabar, maka pahala kesabaran merubah suasana bala’ menjadi kenikmatan sebab pahala yang tersedia baginya, jauh lebih besar daripada penderitaan-nya.

Bersabda Rasulullah saw.: Siapa yang dikehendaki oleh Allah padanya suatu kebaikan (keuntungan), maka diberinya penderitaan. (HR. Bukhari)

Aspek-aspek Sabar dalam Al-Qur’an

· Sabar terhadap petaka dunia

“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Allah dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al Baqarah 2:155-157)

“Mukmin yang kuat adalah lebih baik dan Allah lebih mencintai daripada mukmin yang lemah, dan dalam segala sesuatupun ada kebaikan. Jagalah barang yang berguna bagi dirimu dan mohonlah pertolongan Allah dan janganlah engkau merasa lemah. Bila ada sesuatu yang menimpamu, maka janganlah engkau mengatakan, “Jikalau sekirannya aku lakukan begini niscaya akan begini. Akan tetapi katakanlah, “Allah telah mentakdirkan, dan apapun yang Dia kehendaki Dia perbuat, karena sesungguhnya perkataan ‘kalau …’ itu membuka kesempatan bagi syaitan untuk bekerja (memperdaya).” (HR. Muslim)

Dalam Al-Qur’an dicontohkan sabar Nabi Ayyub dalam menang-gung penderitaan sakit an kehilangan anggota keluarganya. Sabar Nabi Ya’qub berpisah dengan dua orang putranya (Yusuf dan saudaranya) dan dusta serta tipu muslihat anak-anaknya kepadanya.

Sabar ditimpa musibah, ialah teguh hati ketika mendapat cobaan, baik yang berbentuk kemiskinan maupun berupa kematian, kecelakaan, nasib sial, dsb.



· Sabar terhadap gejolak nafsu

Secara lebih spesifik meliputi sabar menyangkut kesenangan hidup, sabar terhadap dorongan nafsu seksual serta sabar untuk tidak marah dan dendam.

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai ujian.” (QS. Al Anbiyaa:35)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al Munaafiquun: 9)

Allah SWT baik dalam memberikan kesenangan ataupun pembata-san rezeki merupakan ujian dan cobaan.

“Dan jika kamu memberikan balasan , maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.” (QS. An Nahl: 126)

Sabar terhadap kehidupan dunia, ialah sabar terhadap tipu daya dunia; jangan sampai terikat hati kepada kenikmatan hidup duniawi. Kehidupan dunia hendaknya dipahami bukan sebagai tujuan hidup, namun hanya sebagai alat untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang abadi.



· Sabar dalam ketaatan kepada Allah

Yaitu sabar dalam ketaatan kepada Allah SWT dengan melaksana-kan seluruh tugas dan kewajiban dalam beribadah kepada-Nya





“Dan perintahkanlah kepada umatmu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu (sebaliknya) Kamilah yang membe-ri rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Thaahaa:132)

Seorang yang taat dan patuh membutuhkan sabar dalam tiga hal.

Pertama, sabar sebelum ketaatan yaitu dengan ikhlasun niyyah dalam melawan bayang-bayang riya.

Kedua, sabar pada saat bekerja (operasional) agar tidak melalaikan Allah dan tidak malas untuk menepati pelaksanaan peraturan dan hukum Allah, dan memenuhi syarat-syarat peraturan hingga tuntas seluruh pekerjaannya. Selalu sabar melawan kelemahan, kekesalan dan kejenuhan.

Ketiga, setelah selesai pekerjaan dibutuhkan kesabaran dengan tidak merasa bangga dan menepuk dada karena riya dan mencari popularitas, sehingga mengakibatkan hilangnya keikhlasan.



· Sabar dalam kesulitan berdakwah di jalan Allah

Berdakwah di jalan Allah diliputi kesal, sakit hati, korban perasaan dan beban berat yang tidak dapat dipikul kecuali oleh orang-orang yang mendapat rahmat Allah SWT.